Maaf, Saya Keliru
Seorang pastor bertanding golf dengan seorang suster. Sang pastor merasa sangat yakin dan PD bahwa dia akan menang telak menghadapi suster yang umurnya sudah cukup tua itu.“Ayo, Suster, silahkan Suster mulai duluan …”
“Baik, Pastor. Berkati saya, Tuhan.”
Suster itu segera memukul bola golfnya dan ternyata masuk lubang dengan sukses. Sang Pastor terheran-heran.
“Silahkan, sekarang giliran Pastor.”
“Baik, Suster.”
Pastor memukul bolanya dan ternyata meleset jauh.
“Brengsek, sialan!” pastor itu mengumpat dengan keras.
“Pastor …? Mengapa mengeluarkan kata-kata kotor …?”
Pastor itu tersadar dan berkata,”Maaf, saya keliru, Suster.”
Giliran sang Suster memukul bola dan kembali berhasil. Pastor itu merasa tidak percaya dan semakin jengkel. Sewaktu dia memukul bolanya, kembali tidak berhasil. Meleset lagi.
“Sial, kampret!”
Suster itu kaget dan kembali mengingatkan sang pastor.
“Pastor, sebaiknya jangan ulangi kata-kata kotor itu lagi!”
“Maaf, saya keliru, Suster.”
Yang ketiga kalinya, sang suster kembali berhasil memasukkan bolanya, dan sang pastor menelan ludah karena kembali gagal.
“Bajingan, anjing!” tanpa disadari sang pastor mengumpat dengan rasa yang sangat marah.
“Cukup sudah, Pastor! Anda selalu berbicara kotor selama kita bermain golf! Anda seorang pastor, Tuhan pasti akan menghukum anda!” Suster itu sudah tidak tahan dengan kata-kata kotor yang diucapkan sang pastor.
Sang pastor kembali tersadar. Sambil menunduk, dia menunjukkan penyesalannya,”Maaf, saya keliru, Suster …”.
Tiba-tiba ada gemuruh halilintar yang maha dahsyat dan Tuhan pun muncul di hadapan mereka berdua.
“Pastor, Aku telah mendengarmu, kamu sering berbicara kotor. Kamu sama saja tidak memberi contoh yang baik bagi umatmu. Cukup sudah, Pastor!”
Tiba-tiba halilintar yang dahsyat turun dari langit dan mengenai seseorang diantara mereka. Ternyata suster tua itu yang hangus terkena halilintar.
Sang pastor sangat kaget dan tidak percaya. Dengan penuh ketakutan, dia bertanya kepada Tuhan ,”Mengapa Suster itu yang terkena halilintar, Tuhan? Mengapa bukan saya …?”
Jawab Tuhan,”Maaf, saya keliru …”.